Benar, dia telah mati
Bahkan belum juga sampai 40 harinya
Aku tak akan sanggup menceritakan
Bagaimana dia mati
Tetapi,
Semoga aku sanggup bercerita
Bagaimana dia (dulu) hidup
Hampir seluruh jalan hidupnya
Terhampar di atas jalan raya
Sejak kecil..
Dia yakin (sebagaimana aku yakin)
Jalan raya adalah tempat untuk mencari hidup
-- dan penghidupan
Dia dan banyak orang yang lain
Menafkahi keluarga
Dengan keringat yang menetes di aspal
Di keras dan hitamnya aspal
Jalan raya adalah tempatnya bekerja
Jalan raya adalah tempatnya berangkat
Jalan raya adalah tempatnya pulang
Jalan raya adalah tempatnya jatuh
Jalan raya adalah tempatnya bangkit
Jalan raya adalah tempatnya bersemangat
Jalan raya adalah tempatnya berikhtiar
Jalan raya adalah tempatnya mati
Namun,
Mengapa kemudian keyakinannya
Yang akut pada jalan raya
Membawanya pada kematian
Membawanya pada ketiadaan
Aku tak menyesali keyakinannya
Aku tak menangisi keras keringatnya
Aku menangisi sebab kematiannya yang
Terlalu mudah dan murah
Benar, dia telah mati
Tapi aku tetap menghidupinya
Dalam rinai do'a dan tegar air mata
Damailah kau
Lelakiku
Senin, 14 September 2009
Minggu, 06 September 2009
Tentang Seorang Pria Yang Mati Di Jalan Raya #1
"Dia Ayah yang baik,
juga Suami yang ...
baik!!"
Menangis dia menangis
Memanggili nama di nisan
Menangis dia memanggil
Panggilan yang bukan karena rindu
Apalagi dengan amarah
Ada rasa tentunya, tapi entah ...
Meratap dia meratap
Mengenang sang pria
Yang dirasa mati sia-sia
Tertabrak (entah ditabrak)
Di atas aspal tanpa marka
Di kota yang tak mengenal sesiapa
Meratap dia meratap
Terawang senja tanpa atap
Lantas,
Segalanya semakin susah
Dua anak satu sekolah
Tak lemas lengan menyerah
Jualan kertas atau sampah
Di kaki kota yang angkuh
Janda harus menjadi petaruh
Antara nafas dan tenaga yang tinggal separuh
Tangis anak bikin luluh
Dia Ayah yang baik,
Tak memanjakan
Atau memenjarakan
Tak suka neko-neko
Atau sembrono
Dia Ayah yang baik,
Tak pernah sekalipun mengeluh
Ketika pagi subuh
Berangkat sekuat mengayuh
Tuju kota yang lusuh
Dia Suami yang, baik!!
Kadang-kadang
Kadang bikin tenang
Kadang bikin berang
Kadang bikin senang
Kadang bikin meradang
Dia Suami yang, baik!!
juga Suami yang ...
baik!!"
Menangis dia menangis
Memanggili nama di nisan
Menangis dia memanggil
Panggilan yang bukan karena rindu
Apalagi dengan amarah
Ada rasa tentunya, tapi entah ...
Meratap dia meratap
Mengenang sang pria
Yang dirasa mati sia-sia
Tertabrak (entah ditabrak)
Di atas aspal tanpa marka
Di kota yang tak mengenal sesiapa
Meratap dia meratap
Terawang senja tanpa atap
Lantas,
Segalanya semakin susah
Dua anak satu sekolah
Tak lemas lengan menyerah
Jualan kertas atau sampah
Di kaki kota yang angkuh
Janda harus menjadi petaruh
Antara nafas dan tenaga yang tinggal separuh
Tangis anak bikin luluh
Dia Ayah yang baik,
Tak memanjakan
Atau memenjarakan
Tak suka neko-neko
Atau sembrono
Dia Ayah yang baik,
Tak pernah sekalipun mengeluh
Ketika pagi subuh
Berangkat sekuat mengayuh
Tuju kota yang lusuh
Dia Suami yang, baik!!
Kadang-kadang
Kadang bikin tenang
Kadang bikin berang
Kadang bikin senang
Kadang bikin meradang
Dia Suami yang, baik!!
Langganan:
Postingan (Atom)