Senin, 17 Maret 2008

Apa Dia Tahu?

Apa dia tahu siapa bapaknya?
Apa dia tahu siapa emaknya?
Apa dia tahu siapa yang menggendongnya?
Apa dia tahu siapa yang membelikannya nasi?
Apa dia tahu untuk siapa orang berempati?
Apa dia tahu berapa duit yang didapat karenanya?
Apa dia tahu mulai kapan dia di perempatan?
Apa dia tahu sampai kapan dia di perempatan?
Apa dia tahu dunia selain perempatan?
Apa dia tahu bocah seusianya yang selain di perempatan?
Apa dia tahu asap telah dihirupnya sekian waktu?
Apa dia tahu bahaya lampu merah selalu?
Apa dia tahu?

Minggu, 16 Maret 2008

Senin Pagi

Sepagi ini sebuah Senin
Selalu
Jalanan yang sesak
Mobil berebut dengan motor
Becak berebut dengan ojek
Angkot berebut dengan bis kota
Asongan berebut dengan pengemis
Aku berebut dengan kantuk
Juga suntuk

Kamis, 13 Maret 2008

Atribut Jalan Raya 3

Disana, dia tidur
Disana, dia makan
Disana, dia menangis
Disana, dia mencari uang
Disana, dia menengadahkan tangan
Disana, dia memegang tutup botol
Disana, dia menjajakan koran sore
Disana, dia hirup asap knalpot
Disana, dia batuk-batuk
Disana, dia kehujanan
Disana, dia kedinginan
Disana, dia sakit

Rabu, 12 Maret 2008

Aku Jalan Tengah Malam

Aku jalan tengah malam
Ada yang berjajar jajakan diri
Bukan, bukan lelaki
Perempuan, seksi
Di sekitaran Pangsud
Hingga dini hari

Aku jalan tengah malam
Dari gedung anggota dewan kota
Kekanan susuri tepian Kalimas
Bersandar pada pagar di trotoar
Lelaki gagah dengan press-body T-shirt
Kadang sendiri-berdua-bertiga

Aku jalan tengah malam
Kembang kuning, Diponegoro
Remang kuburan Cina
Jadi tempat sukasuka
Bukan laki juga wanita
Waria saja, waria saja

Aku jalan tengah malam
Dari simpang lima Pasar Burung
Naik
Berderet etalase, penuh sofa
Ditawarkan lelaki bersafari
Beberapa pakai Batik,
Ini katanya yang paling gede se-Asia Tenggara
Komplit dari yang
Hampir remaja sampai setengah baya
Yang langsing sampai segembrot tebing

Aku jalan tengah malam
Aku jalang tengah malam
Jalan Surabaya tengah malam
Jalang Surabaya tengah malam

Senin, 10 Maret 2008

Semoga Kamu Lupa Cara Berjanji

Semoga kamu lupa cara berjanji
Sebab jika kamu masih berjanji
Pasti akan ada yang nagih
Sudah capek dengar janji
Sebab kamu memang sudah sering berjanji
Juga teman-temanmu se-rumah itu
Semua pada pinter bikin janji
Janji, jadi semacam program
Kayak sesuatu yang sudah diatur sama Undang-Undang
Kayak hasil musyawarah mufakat

Semoga kamu lupa cara berjanji
Sebab jika kamu masih janji
Pasti banyak yang nagih
Sebab kami sudah sangat mangkel
Ati-ati kamu........

Kamis, 06 Maret 2008

Atribut Jalan Raya 2

Sekian rupa bendera
Berjajar di ujung galah
Coba tebar pesona nama dan tanda gambar
Segala senyum semua pesona
-seringkali berpeci dan berdasi-
Sombong dan rakus kuasai pagar dan trotoar
Pongah tersapu angin musim hujan
Siarkan janji:
"Kamilah golongan yang bisa mendengar
dan memperjuangkan suara anda, Saudara
jadi ingat kami kala Pilkada dan 2009"

Sekian besar sekian lebar
Terbentang di atas atap
Kampung padat atau pasar pengap
Juga di pembatas jembatan penyebrangan
Atau berjajar di atas trotoar
Jadi kerlap-kerlip menyilaukan
Tebarkan ancaman perihal (seolah) kebutuhan:
"Belilah kami, belilah kami, belilah kami"

Di tiap tepian jalan raya
Di tiap atas jalan raya
Menjadi lahan expo
Menjadi stan pameran
Kita yang lewat,
Sekedar calon
Calon pemilih
Calon pembeli
Kita yang lewat,
Sudah pasti
Pasti jadi korban
Pasti jadi sasaran
Siap?

Atribut Jalan Raya 1

'Seorang ibu membawa bayi di perempatan. Tangannya menengadah dengan wajah memelas, tangan itu menyentuh kaca jendela mobil yang tertutup.' *)

Pucuk-pucuk tiang lampu lalu lintas
Jadi semacam antena yang sebar signal
Siap sebarkan segerombol emak-anak
Mencoba ketuk jendela, atau kita?

Jalan raya jadi monumen
Bagi mereka yang bekerja
Tunggu tanda merah dari ujung tiang
Tunggu tangan yang mengulur koin
Tak peduli wajah dari dalam yang acuh

Jalanan Surabaya, juga yang lain
Membuka ruang jadi peluang
Manusia-manusia dari entah
Yang seolah saling berbagi
Entah berbagi resah atau risih

*) Dikutip dari "Bayi dalam Gendongan: Sebuah Teater Jalanan" yang termuat dalam buku "affair, obrolan tentang jakarta", Seno Gumira Ajidarma, 2004, Penerbit Buku Baik, Yogyakarta.

Rabu, 05 Maret 2008

Kabar Dari Antrian.....

Kamu mengirimkan kabar lewat:
Jerigen-jerigen kosong
Juga tatap mata yang kosong
Juga antrian panjang berliuk yang panas
Yang tersiar pada lembar koran,
Layar TV, suara radio, juga berita on-line internet
Dan beberapa kali di depan mataku
Langsung..
Aku melihat sendiri, aku benar-benar melihat sendiri
Berjam-jam antrian merambat saja
Harap-harap cemas, 'dapat berapa liter hari ini?'
Atau 'semoga masih ada sampai tiba giliranku'
Atau 'buat masak nasi, biar bisa jualan gorengan,
biar ada bebek goreng dan pecel lele malam nanti'
Aku terdiam saja melihat,
Tanpa bisa membantumu
Sumpah aku tak bisa membantumu....

Konversi ke tabung
Tak jadi solusi
Kamu bilang
"Aku tak biasa pake elpiji, takut meledak"

Kalian memberi kabar melalui:
Tawa renyah bawa pop-corn
Di lobbi dingin 21
Juga harum Seventeen atau She
Pengen lihat Ayat-Ayat Cinta
Yang nyastra dan ngreligi
Harap-harap cemas, 'dapat tiket gak sore ini?'
Atau 'semoga masih ada sampai tiba giliranku'
Atau 'buat crita ke Veve, biar gak kalah gaul'
Aku lihat sendiri
Sumpah
Aku gak bisa gabung
Antrianmu terlalu dingin
Antrianmu terlalu mahal
Gak papa kan?